Rabu, 27 Desember 2017

Kata Hati



Biarlah Hati yang Berbicara
 Hasil gambar untuk sekeping hati
Suatu ketika, seorang shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang menjumpai beliau.
Lantas dia menanyakan perihal dosa. 

"Apa itu dosa, wahai Rasulullah? ".

Jawab beliau:
الْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
Dosa itu adalah apa-apa yang meragukan di dalam dadamu dan engkau benci bahwasanya orang-orang mengetahui atasnya. (HR. Muslim)

Itulah dosa.
Ketika kita mengambil satu langkah dalam hidup ini, maka adakalanya kita akan menghadapi hal semisal ini.

Keraguan yang menyelusup ke dalam jiwa.
Membuat dada sesak tanpa ruang udara.
Hati pun tak akan pernah damai selamanya.

Manusia adalah makhluk yang tak lepas dari kesalahan dan dosa.

Setiap langkah dalam hidupnya dihiasi dengan kesalahan dan dosa.
Ketika hati mulai mengingkari.
Ketika hati mulai ragu-ragu.
Ketika kita takut bahwa perbuatan kita tersebut dipergoki oleh banyak orang.
Maka, itulah dosa.

Semakin kita menyimpannya maka akan semakin tercium baunya.
Semakin kita menutupinya maka akan semakin tampak oleh manusia.

Itulah dosa.
Bukan seharusnya disembunyikan.
Bukan seharusnya ditimbun.
Bukan seharusnya diabaikan.
Namun, harus dihapuskan.

Menghapus dosa sama halnya menghapus hitam di atas putih.

Maka biarkanlah hati yang berbicara.
Berbisik lembut mana yang dosa.
Hingga menuntun langkahmu pada keridhaan-Nya.
Dan terjauh dari perbuatan nista.

Dengarkanlah bisikan lembut dari hati.
Bisikan tulus dari jiwa yang suci.
Karna hati tak pernah berdusta.
Maka ikutilah, biarkanlah hati yang berbicara.

Ketika hati berbuat dosa.
Maka sucikanlah segera dari noda.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan cara penghapusan dosa, yaitu istighfar.
Istighfar merupakan salah satu cara untuk menghapuskan dosa.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berkalam:

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ.

“Dan orang-orang yang, apabila berbuat keji atau menganiaya diri sendiri, mengingat Allah lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Siapa lagi yang dapat mengampuni dosa, kecuali Allah? Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” [Ali ‘Imran: 135]

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berkalam:

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا.

“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, (tetapi) kemudian memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [An-Nisa`: 110]

Maka, dengarkanlah kata hatimu.
Ikutilah bisikan hatimu.
Biarlah hatimu berbicara dengan irama cinta. 


Sidoarjo, pagi tanpa sinar mentari membersamai secangkir kopi .

Selasa, 12 Desember 2017

Pacaran Islami, katanya...



Pacaran? Pernah denger istilah ini nggak?! Pastinya tak asing kan...
Pacaran, menurut devinisi Wikipedia adalah proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2002: 807), pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan; [atau] berkasih-kasihan [dengan sang pacar].
Namuun... apakah Islam mengenal pacaran?
Islam tidak pernah mengenal istilah pacaran. Apalagi dengan pacaran yang diatas namakan pada agama Islam. Bahkan menurut Islam, pacaran itu haram secara mutlak dan tidak ada perdebatan sama sekali diantara para ulama. Pacaran termasuk perbuatan yang mendekati zina. Allah ta’ala berkalam:
( لا تَقْرَبُوا الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلا )، (1) [سورة الإسراء: 32].
Artinya: Dan janganlah kalian mendekati perbuatan zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji dan jalan yang buruk. (Al-Isra’:32)
Hubungan yang dijalin antara laki-laki dengan perempuan yang bukan mahramnya merupakan perbuatan yang mendekati zina. Dan ini dilarang oleh agama Islam. Bahkan Islam sama sekali tidak mengenal istilah pacaran.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَم
Artinya: Dari Ibnu ‘Abbas, dari Nabi saw, beliau bersabda: sungguh benar-benar janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan seorang perempuan kecuali dia bersama mahramnya. (HR.Muslim)
Jelas bukan?! Islam tak pernah mengenal pacaran dan tidak pernah membolehkan pacaran. Bahkan Allah dan Rasululloh sudah melarang laki-laki dan perempuan ajnabi berdua-duaan. meskipun hanya untuk sekedar ngobrol saja. Semua hal yang menjorok pada perbuatam keji maka termasuk hal yang dilarang oleh Allah ta’ala.
Pak Mario Teguh mengatakan dalam motivasinya:
Bahwa istilah pacaran itu hanya digunakan oleh anak-anak alay, untuk saling menghina yang belum punya pacar. Sehingga istilah PACAR itu sebenarnya TIDAK KEREN loh. Pacar itu kelasnya agak gimanaa gitu ...
Wah... betul banget tuh pak Mario, wkwkwk...
Jadi tidak benar ya kalau ada akhwat yang mengatakan pacaran Islami itu boleh. Islam menganjurkan untuk menikah tanpa pandang umur, tapi Islam tidak pernah mengenal kata ‘pacaran’.
So, yuk jadi akhwat baper positif. Jangan jadi akhwat yang berpacaran islami, katanya. Percayalah pada Allah, suatu saat nanti Allah akan mengirimkan jodoh yang terbaik pada waktunya. Karna, segala sesuatu akan indah pada waktunya. Semua melalui proses. Allah sudah menulis jodoh tiap-tiap dari kita di Lauhim Mahfudz. Jodoh kita pun tak akan pernah tertukar. Segala sesuatu pasti ada hikmahnya.
Yuk, ajak lingkungan sekitarmu dan generasi muda Islam untuk menjauhi ‘pacaran’. Islam tanpa pacaran itu indah. Let’s to be akhwat yang membawa perubahan positif bagi sesama di sekitar kita.
so, sudahi atau halalkan.

Rabu, 22 November 2017

Siapakah Idolamu?



Pernah nggak sih kalian mengidolakan seseorang?! Rasanya ingin meniru pakaiannya, gaya berjalannya, logat belajarnya, warna favoritnya, dan lain sebagainya yang tak mungkin dijelaskan satu persatu.
Tapi... kira-kira, siapakah idolamu?
Mungkin akan muncul dari lubuk hati kalian atau bahkan terbayang dalam angan kalian sosok yang kalian idoalakan. Entah itu dari deretan artis papan atas sampai deretan artis papan teri. Hahaha...
Jikalah kita mengidolakan seseorang, sudah pasti kita juga akan mengikuti segala yang dia lakukan. Mulai dari model pakaian sang idola, warna favorit, model jilbab, gaya berbicara, dan lain sebagainya. Dan inilah yang akan memberikan dampak negativ pada sikap kita. Karna, kita akan menjelma menjadi sosok pribadi orang lain, yang bukan diri kita sendiri secara murni.
Bolehkah kita mengidolakan seseorang?
Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadits:
عَنْ عَبْدِ اللهِ ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
Artinya: Dari Abdullah, dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda: Seseorang itu bersama orang yang dia cintai.
Rasulullah saw menjelaskan bahwa kelak di akhirat Allah akan menggandengkan seseorang dengan orang yang dia cintai ketika di dunia. Ketika seseorang mencintai dan mengidolakan Rasulullah saw dan generasi para shahabat radhiyallahu ‘anhum, maka kelak di akhirat Allah juga akan menggolongkan dia dalam kelompok para Shahabat Nabi, sebagai penduduk syurga.
Namun sebaliknya, jika seseorang mencintai dan mengidolakan orang kafir, bahkan menirukan model pakaiannya atau model rambutnya, maka kelak di akhirat pun Allah akan mengumpulkannya bersama mereka.
Cinta yang suci nan murni akan membawa pada keindahan pada endingnya, tapi cinta yang semu, yang mengikuti hawa nafsu belaka, maka akan berakhir dengan tangis derita.
Jika seseorang mengidolakan orang shalih atau bahkan mengidolakan nabi saw, meskipun tidak pernah bertemu dengan beliau saw, maka betapa mulianya dia kelak di akhirat, karna Allah akan menggandengkan dia dengan orang yang dia cintai dan dia idolakan.
Sehingga tidaklah benar, para akhwat yang kerjaannya mengaji Al-Qur’an dan Al-Hadits, tapi malah mengidolakan deretan artis dalam maupun luar negri. Menyimpan foto atau bahkan memasang poster yang besar sebagai tanda cintanya kepada sang idola.
Jadikanlah Rasulullah saw sebagai sang idola. Panutan mulia sepanjang masa. Seorang mulia yang berakhlaq Al-Qur’anul Kariim. Seorang yang berbudi pekerti luhur nan mulia. Sehingga, perilaku dan tutur kata kita akan menjadi baik dan mulia.
So, yuk jadi akhwat baper. Jadilah penggemar sejati rasulullah saw, meskipun tak pernah bertatap muka. Dengan membaca sieroh perjalanan emas beliau,  maka seakan kita melihat dan menyaksikan betapa hebatnya beliau dalam berdakwah dan mengajak manusia pada kebaikan, sungguh perjalanan yang luar biasa.
Mari kita berbenah. Menjadi akhwat baper yang menyuntikkan virus-virus positif pada lingkungan sekitar dan dana harta muda.
Jangan menyepelekan hal-hal yang menurut kita tak bermanfaat sama sekali. Bahkan, mari kita berbenah diri dimulai dari hal-hal yang tampak remeh.
Tak ada kata terlambat. Mari kita menyonsong dan memberikan perubahan pada dunia. Perubahan dunia akhirat. Perubahan positif.

Kata Hati

Biarlah Hati yang Berbicara   Suatu ketika, seorang shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang menjumpai beliau. Lantas d...